Anggota
Kelompok :
Achmad Zulfi (10112095)
Fajar Rahmantyo (12112725)
Yoga Anggoro (17112826)
Yuda Kurnia W (17112891)
Yunias Wahyu P (
17112963)
BAB 1
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Long Term Evolution (LTE),
merupakan jaringan telekomunikasi yang memiliki standar komunikasi akses data
nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA,
jaringan telekomunikasi ini harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang
terpisah. Teknologi ini memiliki kemampuan download
sampai dengan 300mbps dan kemampuan upload
sampai dengan 75 mbps.
Pada
setiap teknologi jaringan komunikasi tentu memiliki parameter Quality of Service yang mana terdiri
dari Throughput, delay, dan paket loss, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan layanan yang berbeda.
Pada
jaringan LTE terdapat pula suatu proses yang disebut handover yaitu perpindahan mobile
station (MS) dari suatu eNodeB ke eNodeB yang lain tanpa ada pemutusan
hubungan. Sehingga setiap saat mobile
station (MS) dapat berubah posisi selama percakapan dan terjadinya pengalihan
pelayanan dari eNodeB yang satu ke eNodeB
yang lain saat client berpindah dari
satu sel ke sel lainnya.
Pada
proses handover LTE adapula beberapa
gangguan yang dapat menyebabkan terputusnya komunikasi atau drop call,maka perlunya cara untuk
mengatasi masalah yang kadang terjadi pada proses handover.
Penelitian
ini membahas Quality of Service dari
LTE saat terjadinya handover dari
suatu eNodeB (eNB) ke eNodeB
(eNB) lainnya dengan menerapkan beberapa variable
dari ukuran paket dan kecepatan. Penulis menggunakan perangkat lunak network simulator versi 3 (NS-3) dalam
melakukan penelitian ini.
II.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui Quality of Service (QoS) jaringan LTE
saat terjadinya proses handover.
2.
Memahami perancangan
dan kinerja dari teknologi jaringan LTE.
3.
Untuk mengurangi
permasalahan / gangguan yang terjadi saat proses handover berlangsung.
III.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian
ini, yaitu :
1.
Sebagai bahan tambahan
informasi bagi pembaca dalam memilih dan mengembangkan teknologi jaringan di
bidang telekomunikasi.
2.
Sebagai pengetahuan
dalam membuat perancangan handover LTE dan dapat mengembangkannya kembali.
3.
Dapat memberikan
informasi kegagalan yang terjadi saat handover
berlangsung.
4.
Mempersingkat waktu
handover sehingga koneksi antara eNodeB
(eNB) dan MS lebih cepat.
IV.
Rumusan
dan Batasan Masalah
Dari latar
belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah membuat suatu perancangan teknologi jaringan LTE pada saat
proses handover berlangsung yang
terdiri dari dua eNodeB dan MS (mobile Station).
Selain itu
batasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini agar tidak menyimpang
dari pembahasan utama yaitu pada penelitian ini merancang sebuah model dari
jaringan LTE ketika handover pada
intra eNodeB dan inter eNodeB, dimana menerapkan beberapa
ukuran dan kecepatan. Kemudian menentukan parameter – parameter pada model yang
akan dibuat dan melakukan konfigurasi simulasi.
V.
Metodologi
Penelitian
Mulai
|
Kajian Pustaka /
Literatur
|
Perancangan Simulasi
|
Analisis Hasil
Data
|
Kesimpulan dan
Saran
|
Selesai
Mulai
|
1.
Tahap Pertama (Kajian
Pustaka/Literatur)
Pada tahap ini akan dilakukan studi
literatur dengan mencari dan membaca referensi mengenai teknologi jaringan atau
layanan LTE, terutama dari kinerjanya,
Quality of Service (QoS) dari LTE dan penjelasan mengenai handover.
2.
Tahap Kedua ( Perancangan
handover LTE dengan metode X2 based Handover )
Pada
tahap ini dilakukan perancangan dan simulasi sistem jaringan LTE dengan
menggunakan simulasi network simulator
(NS-3) berupa perancangan model dari jaringan LTE itu sendiri kemudian
menentukan parameter – parameter dari model simulasi yang telah dibuat dengan
menerapkan beberapa ukuran paket dan kecepatan kemudian ditambahkan suatu
metode X2 based handover.
3.
Tahap Ketiga (Analisis
Hasil)
Setelah
simulasi berjalan dengan baik maka tahap selanjutnya yaitu melakukan analisis
dari data yang telah diperoleh sebelumnya. Data akan diolah sehingga memberikan
informasi yang diinginkan dan mendapat hasil yang diharapkan serta mengetahui
kekurangan dari hasil perancangan simulasi dan faktor yang mempengaruhinya
sehingga dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
VI.
Tinjauan
Pustaka
6.1 Pengertian
LTE
Long Term Evolution (LTE),
merupakan jaringan telekomunikasi yang memiliki standar komunikasi akses data
nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA,
jaringan telekomunikasi ini harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang
terpisah. Teknologi ini memiliki kemampuan download
sampai dengan 300 mbps dan kemampuan upload
sampai dengan 75 mbps.
LTE merupakan
evolusi lanjutan dalam standar jaringan bergerak yang ditentukan oleh 3GPP (Third Generation Partnership Project)
dan mendukung kegiatan operasional baik dalam spektrum yang dipasangkan maupun
yang tidak dipasangkan [1].
LTE(Long Term Evolution) merupakan terobosan
terbaru di jaringan internet nirkabel yang merupakan dasar dari jaringan GSM.
Peningkatannya terjadi pada kapasitas dan kecepatan dengan teknik modulator
DSP(Digital Signal Prosesing).Sebenarnya
layanan LTE sudah di gunakan oleh perusahan TeliaSonera dari swedia pada
desember 2009 dan disusul oleh perusahan jepang dan amerika. LTE di
harapkan dapat menjadi standar baru menggantikan jaringan 2G dan 3G, yang merupakan evolusi dari jaringan HSDPA DAN HSUPA.
Pada kondisi prima LTE dapat mendownload dengan kecepatan 300 mbps dan upload
samai 75 mbps, dan mendukung pembagian pembagian frekMSnsi duplexing (FDD) dan waktu divisi duplex (TDD) di Indonesia mungkin beberapa operator sedang
mempersiapkan diri untuk menyediakan jaringan LTE. Jaringan LTE lebih stabil
dalam keadaan mobilitas bergerak seperti didalam kendaraan,streaming video anti
buffering dan sangat baik untuk video call. namun diperkiran jaringan LTE akan
membuat batrey pengguna lebih boros karna menggunakan lebih banyak energi dan
menyedot lebih banyak bandwith.
6.2 X2
Based Handover
X2 handover digunakan ketika keluar konektivitas langsung antara sumber dan eNBs sasaran dengan X2 interface [2].
Kontrol dan protokol
pesawat pengguna tumpukan
melalui antarmuka X2, yang
ditunjukkan pada angka 15 dan 16 masing-masing adalah sama dengan yang untuk antarmuka S1, dengan pengecualian bahwa X2-AP digantikan
S1-AP. Hal ini
juga menegaskan kembali bahwa pilihan IP versi
dan lapisan data link sepenuhnya opsional. Penggunaan
struktur protokol yang sama atas kedua interface
memberikan keuntungan seperti menyederhanakan operasi forwarding data [3].
Pada X2 handover, X2 interface dapat dibentuk antara satu eNodeB dan beberapa eNodeB
tetangga yang bertujuan untuk bertukar informasi sinyal bila diperlukan . Namun ,
full mesh tidak diamanatkan dalam
jaringan E - UTRAN . Dua jenis informasi biasanya mungkin perlu dipertukarkan
melalui X2 untuk mendorong pembentukan sebuah antarmuka X2 antara dua eNodeBs, kemudian X2 handover juga berhubungan dengan gangguan,
beban dan informasi terkait penyerahan.
Karena dua jenis informasi sepenuhnya independen satu sama
lain maka mungkin bahwa sebuah X2
interface
hadir
antara dua eNodeB untuk tujuan
pertukaran informasi beban atau gangguan , meskipun X2 handover prosedur tidak digunakan untuk penyerahan MS antara eNodeB . Dalam kasus seperti itu , S1 handover prosedur dapat
digunakan
sebagai gantinya. Inisialisasi antarmuka X2 dimulai dengan identifikasi
tetangga yang cocok diikuti oleh pengaturan dari TNL .
Identifikasi tetangga kecocokan dapat dilakukan dengan konfigurasi atau alternatif fungsi yang dikenal sebagai Automatic Neighbor Relation Function ( ANRF ) . Fungsi ini membuat penggunaan MS untuk mengidentifikasi eNodeB tetangga yang berguna. Sebuah eNodeB mungkin meminta MS untuk membaca identitas sel global dari informasi siaran eNodeB lain yang MS telah mengidentifikasi identitas sel fisik ( PCI ) selama sel baru prosedur identifikasi . ANRF adalah contoh lain dari proses SON diperkenalkan dengan sukses di LTE . Melalui proses ini self-optimizing , MS dan pengukuran eNodeB digunakan untuk auto - tune jaringan .
Identifikasi tetangga kecocokan dapat dilakukan dengan konfigurasi atau alternatif fungsi yang dikenal sebagai Automatic Neighbor Relation Function ( ANRF ) . Fungsi ini membuat penggunaan MS untuk mengidentifikasi eNodeB tetangga yang berguna. Sebuah eNodeB mungkin meminta MS untuk membaca identitas sel global dari informasi siaran eNodeB lain yang MS telah mengidentifikasi identitas sel fisik ( PCI ) selama sel baru prosedur identifikasi . ANRF adalah contoh lain dari proses SON diperkenalkan dengan sukses di LTE . Melalui proses ini self-optimizing , MS dan pengukuran eNodeB digunakan untuk auto - tune jaringan .
Setelah tetangga yang cocok telah diidentifikasi, maka eNodeB dapat
memulai
mengatur TNL menggunakan alamat IP X2 tetangga ini , baik sebagai diambil dari
jaringan atau dikonfigurasi secara lokal . Secara khusus , sebuah SON -
konfigurasi prosedur khusus selama S1 disebut prosedur transfer Konfigurasi eNB telah dirancang untuk memungkinkan memulai eNodeB untuk langsung meminta melalui
antarmuka S1 alamat IP X2 seorang tetangga menemukan eNodeB yang akan digunakan untuk pendirian X2 . Jaringan ini solusi
melalui antarmuka S1 dapat menghindari kebutuhan untuk operator lainnya untuk
menggunakan solusi jaringan yang lebih kompleks seperti penyebaran server DNS .
Setelah TNL telah dibentuk , yang memulai eNodeB harus memicu prosedur pengaturan X2 . Prosedur ini memungkinkan pertukaran data
otomatis konfigurasi tingkat aplikasi yang relevan dengan antarmuka X2 , mirip
dengan prosedur pengaturan S1. Misalnya, setiap eNodeB laporan kepada tetangga eNodeB
, menggunakan X2 Pengaturan Permintaan pesan , informasi tentang setiap sel
yang dikelolanya , seperti identitas sel fisik, pita frekuensi , identitas daerah pelacakan dan / atau PLMNs terkait
.
6.3
Pengertian Handover
Handover merupakan proses pengalihan kanal trafik secara otomatis pada Mobile
Station (MS) yang sedang digunakan untuk berkomunikasi tanpa terjadinya
pemutusan hubungaan. Secara umum
mekanisme handover dibagi menjadi dua
macam yaitu,
Make Before Break
dan pada
mekanisme ini, sebelum MS
terhubung dan dilayani
oleh cell yang baru, maka
hubungan dengan cell lama tidak akan diputus. Break Before Make
pada mekanisme ini, MS
akan memutuskan hubungan dengan cell lama
walupun hubungan dengan
cell baru belum
tercapai. Akibatnya akan
ada suatu periode waktu
yang singkat dimana MS tidak dilayani oleh cell mananpun. Tipe-tipe handover
terdiri dari hard handover,soft handover [3].
Proses handover ini memerlukan alat pendeteksi untuk mengubah status dedicated node dan alat untuk men-switch komunikasi yang sedang berlangsung
dari satu kanal ke kanal yang lainnya.
Adapun tujuan dari sebuah proses Handover adalah:
1. Sebisa
mungkin tidak dirasakan oleh konsumen sehingga perlunya meminimisasi waktu handover dengan menggunakan teknik
interpolasi suara.
2.
Meminimisasi error atau gangguan pada saat estimasi
kebutuhan handover.
3. MSC
melakukan sharing pada kanal yang
sama pada cell tetangga dan meminjam
kanal lain dari cell tetangga pada cell sebelumnya.
Proses tahapan handover terdiri
dari 3 tahapan yaitu:
1. Tahapan
Pengukuran (Measurement), dilakukan
pengukuran informasi penting yang dibutuhkan untuk tahap decision. Pengukuran
arah DL yang dilakukan oleh MS yang sedang melayani dan sel – sel tetangga yang
disebut juga Quality of Service (QoS).
2. Tahapan
Keputusan (Decision), hasil pengukuran
dibandingkan dengan threshold yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian akan diputuskan apakah akan dilakukan handover atau tidak. Algoritma handover yang berbeda akan memiliki
kondisi trigger yang berbeda pula.
3. Tahapan
Eksekusi (Execution), proses handover selesai dan parameter relative berubah berdasarkan jenis handover-nya.
6.4 QoS
(Quality of Service)
QOS didefinisikan
sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu
usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan.
QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan
tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda.
Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan –kebutuhan layanan yang
berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang sama.
Kinerja jaringan komputer dapat
bervariasi akibat beberapa masalah, seperti halnya masalah bandwidth,
latency dan jitter, yang dapat membuat efek
yang cukup besar bagi banyak aplikasi. Sebagai contoh, komunikasi suara
(seperti VoIP atau IP Telephony) serta video streaming dapat
membuat pengguna frustrasi ketika paket data aplikasi tersebut dialirkan di
atas jaringan dengan bandwidth yang tidak cukup, dengan latency yang tidak dapat diprediksi,
atau jitter yang berlebih. Fitur Quality of Service (QoS) ini dapat
menjadikan bandwidth, latency, dan jitter dapat diprediksi
dan dicocokkan dengan kebutuhan aplikasi yang digunakan di dalam jaringan
tersebut yang ada.
Beberapa parameter QoS yaitu Throughput, delay, dan paket loss. Throughput adalah jumlah
data persatuan waktu yang dikirim dari suatu titik jaringan ke titik jaringan
yang lain [4].
Delay adalah waktu yang
dibutuhkan oleh satu paket dari tempat ke sumber tujuan [5]. Packet loss merupakan suatu
parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket
yang hilang [6].
6.5 Network
Simulator (NS-3)
NS-3 adalah
simulator jaringan yang ditujukan penggunaannya untuk penelitian dan pendidikan
yang ditulis dengan bahasa C++. Tujuan dari simulator NS-3 adalah untuk
menyediakan simulasi yang realistis dari semua bagian jaringan sampai ke level
yang paling rendah atau physical. Dengan
demikian perbandingan antara simulasi dan sistem nyata bisa ditekan
sekecil-kecilnya. Dan menyediakan arsitektur yang mudah di konfigurasi [7].
NS-3 sama
seperti system nyatanya dengan memodelkan node
layaknya seperti komputer nyata dengan berbagai aplikasi, protokol stacks, antarmuka jaringan dan mendukung
antarmuka seperti soket Barkeley atau peralatan antarmuka LINUX. Juga mendukung
format seperti Pcap dan ns-2 mobility
model untuk memungkinkan integrasi
perangkat lunak ke perangkat lainnya [7].
VII.
Jadwal
Penelitian
No
|
Uraian Tugas
|
September
2013
|
Oktober
2013
|
November
2013
|
Desember
2013
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Proposal
|
|||||||||||||||||
2.
|
Studi Literatur / Analisa permasalahan
|
|||||||||||||||||
3.
|
Alternatif-alternatif
permasalahan yang ditemui
|
|||||||||||||||||
4.
|
Pengumpulan
data awal
|
|||||||||||||||||
5.
|
Metodelogi
pemecahan permasalahan
|
|||||||||||||||||
6.
|
Penelitian
|
|||||||||||||||||
7.
|
Hasil
Penelitian
|
|||||||||||||||||
8.
|
Analisa
& Perancangan pemecahan masalah
|
|||||||||||||||||
9.
|
Konsultasi
kepada pembimbing
|
|||||||||||||||||
10.
|
Rencana Sidang
Tugas Akhir
|
VIII.
Daftar
Pustaka
[ 1 ]
Uke Kurniawan Usman,dkk
2012. Fundamental Teknologi Seluler LTE.
Rekayasa Sains, Bandung.
[ 2 ]
NMC constuling group. LTE X2 Handover. http://www.nmcgroups.com/en/expertise/lte/x2handover.asp .
[ 3 ]
Pratista, Hayu. Mekanisme Handover Pada Sistem
Telekomunikasi CDMA. Seminar kerja Praktek.universitas Diponegoro. Semarang.
[ 4 ]
Heriansyah. 2011. Pemodelan
dan Simulasi WEB Server Kampus dengan Menggunakan Network Simulator.
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
[ 5 ]
Fitriawan, Helmy. 2003. Pengukuran
Trafik Jaringan. Bandar
Lampung. Prosiding Dies Natalis
Universitas Lampung.
[ 6 ]
Solekan. 2009. Sistem telekomunikasi. Buku Panduan.
Politeknik Telkom Bandung. Bandung.
[ 7 ]
Herbertsson, F. 2010. Implementation of a Delay-Tolerant Routing Protocol in the Network
Simulator NS-3. Linköpings universitet SE-581 83 Linköping, Sweden.